Desa Sukunan merupakan desa yang tenang di Yogyakarta, Jawa Tengah. Pak Iswanto, pakar pengelolaan sampah lokal memperkenalkan konsep bank sampah di sana.
Pada ‘bank sampah’ atau ‘waste bank’ ini, sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dibagi menjadi 2 kategori; organik dan non-organik. Sampah organik dijadikan kompos dan digunakan untuk menyuburkan tanah, sampah non organik dibagi lagi menjadi empat kategori yaitu plastik, kertas, botol, dan logam. Setelah kantong sampah terisi, mereka membawa hasil tangkapannya ke bank sampah lingkungan tempat mereka menyetor. Teller di ‘bank’ kemudian mencatat berat masing-masing kantong dan mencatat serta menyimpan sampah yang disimpan.
Setelah kasir mencatat kantong sampah, ia kemudian membagikan kwitansi kepada pelanggan. Limbah yang telah disimpan dijual kepada pendaur ulang dan pengrajin (mereka menggunakan kembali limbah tersebut dan menjadikannya produk berguna yang dapat mereka jual). Pada akhir bulan, pendapatan digunakan untuk mendanai operasional bank (15%) dan 85% lainnya dibagikan kepada nasabah (secara individu atau sebagai komunitas).
Seseorang dapat memutuskan untuk menguangkan di akhir bulan atau meninggalkan uang di bank untuk jangka waktu yang lebih lama, dengan cara ini mereka dapat menabung dengan aman untuk pendidikan di masa depan atau kebutuhan lainnya. Keunggulan bank adalah: sampah adalah uang tunai, masyarakat tidak perlu lama lagi menyimpan sampah di rumahnya (lingkungan hidup yang lebih sehat), menabung secara bertanggung jawab, belajar membuat dan menggunakan kompos agar tanahnya lebih subur, dan belajar membuat kerajinan tangan dari sampah untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Inge: “Saya sedang berjalan-jalan di lingkungan mereka dan dapat dengan jelas menyaksikan tidak adanya sampah dan bau sampah yang terbakar. Ini bisa menjadi ide bagus bagi sekolah hotel di Sumba untuk mendaur ulang sampah produksi kami sendiri, mengajari siswa pentingnya menjaga Sumba Hijau dan Sehat, dan memotivasi masyarakat setempat untuk mendaur ulang. Kami bisa mengirim beberapa orang dari Sumba ke Pak Iswanto, mereka telah membangun program 2 hari untuk mengajari masyarakat tentang bank sampah dan pengomposan. ”